Mengatasi Anemia
Selasa, 23 Mei 2006
Anemia atau kurang darah sudah cukup akrab dengan kita. Gangguan ini bisa menyebabkan munculnya gejala 4 L, yaitu lemah, letih, lesu, dan loyo.
Anemia adalah gejala kekurangan (defisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah. Kekurangan sel darah merah akan membahayakan tubuh. Sebab sel darah merah berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi dan oksigen yang diperlukan pada proses fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh.
Jadi, bila seseorang terkena anemia, pasokan oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Berbagai akibat fisiologis dan psikologis pun akan muncul.
Pada kadar yang normal, jumlah rata - rata sel darah merah/mm pada laki-laki adalah 5.200.000. Sedangkan pada wanita 4.700.000. Apabila seseorang mempunyai jumlah sel darah merah di bawah angka normal tersebut, berarti dia menderita anemia.
Kurang darah bisa terjadi akibat keadaan-keadaan tertentu, seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan operasi, kecelakaan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi donor darah.
Selain itu juga bisa karena kerusakan sel darah merah akibat kekurangan gizi, zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genesis), serta penyakit Hodgkin atau kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang.
Menurunnya jumlah sel darah merah dalam tubuh juga bisa terjadi karena zat gizi besi digunakan untuk kepentingan lain (di luar untuk pembuatan sel darah merah). Hal ini terjadi, misalnya, akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum tulang, kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-sel darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya.
Wanita hamil paling rentan terkena anemia. Ketika mengandung, volume darah dalam tubuh meningkat sekitar 50 persen. Ini karena tubuh memerlukan tambahan darah guna mensuplai oksigen dan makanan untuk pertumbuhan janin.
Meningkatnya volume darah mengakibatkan meningkatnya jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah. Selama masa kehamilan, dibutuhkan zat besi sebanyak 800 mg. Dari jumlah itu, 500 mg digunakan untuk pertambahan sel darah merah ibu. Sedangkan sisanya untuk janin dan plasenta.
Jika anemia pada wanita hamil tidak segera diatasi, maka bisa berakibat pada kehamilannya. Si ibu akan mudah pingsan, keguguran, atau proses melahirkan yang lama karena kontraksi yang tidak bagus.
Sedangkan bagi janin, gangguan ini bisa mengakibatkan pertumbuhan terhambat, lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan, atau lahir dengan cadangan zat besi yang kurang.
Untuk mengatasi anemia ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan :
1. Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti bayam. Juga makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga, dan sebagainya. Sebab kandungan asam askorbat dalam vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi.
2. Sedangkan bagi ibu hamil, sejak sebelum kehamilan maupun selama hamil, sebaiknya memperbanyak mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, asam folat juga vitamin B. Misalnya adalah hati, daging, kuning telur, ikan teri, susu, dan kacang-kacangan seperti tempe dan susu kedelai, serta sayuran berwarna hijau tua.
3. Hindarilah mengonsumsi makanan atau minuman yang menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh. Misalnya kopi.
( jar/dari berbagai sumber )
SUMBER: http://www.republika.co.id
1 comment:
wuih bu dokter ini..........makasih atas informasi kesehatannya ya,,,,,,,,, berjuang terus biar masyarakat tambah sehat, thanks
Post a Comment