Wednesday, June 14, 2006

Mengeluarkan Darah Kotor dengan Bekam

TATAPAN mata sekira 100 peserta pelatihan bekam tertuju pada pergerakan tangan pakar bekam asal Malaysia, Puan Siti Zawiyah. Dibalut sarung tangan karet, jari-jari lentik ibu berjilbab ini memainkan seperangkat alat bekam.

Lho, bukannya bekam lebih sering memakai silet untuk "melukai" lalu dilakukan penyedotan darah kotor dari tubuh pasien? Pikiran bekam masih memakai silet diakui Puan Siti Zawiyah sudah kedaluwarsa. "Teknologi semakin maju sehingga kini sudah ada alat bekam modern dengan memakai jarum sekali pakai," katanya.

Praktik bekam sekarang lebih modern dan higienis. Setelah pasien tidur tengkurap dengan punggung telanjang, lima buah cup (sejenis gelas kecil berbentuk sloki dengan selang pompa angin) diletakkan di atasnya. Lalu angin dipompa melalui selang ke dalam cup dan mengisap kulit punggung sehingga menggelembung. Satu per satu cup dikunci. Di dalam cup kulit punggung terus terisap membentuk bulatan. Setelah beberapa menit, cup dibuka, lalu tampak di punggung bulatan memerah. Di setiap bulatan merah itulah sebuah jarum ditusukkan dengan cepat dan menyebar. Cup dipasang dan dipompa kembali. Dengan cepat bintik-bintik darah muncul dari permukaan kulit punggung yang terus menggelembung.

Darah itu makin banyak terisap, bahkan berbusa-busa. Berbeda dengan darah yang berasal dari pembuluh darah, darah yang keluar dari balik permukaan kulit punggung itu tampak semu hitam. Itulah darah kotor yang tersembunyi di permukaan kulit.

Inilah prinsip pengobatan bekam. Sejenis pengobatan untuk mengangkat dan membuang darah kotor yang sudah mati yang ada di balik permukaan kulit (hijamah). Darah kotor inilah yang jika terus dibiarkan akan berpengaruh pada kelancaran aliran darah dalam tubuh. Darah kotor yang mengakibatkan berbagai penyakit.

**

BEKAM sebagai teknik pengobatan bisa digunakan untuk berbagai jenis penyakit, karena setiap penyakit berpusat pada aliran darah. "Sesungguhnya, teknik pengobatan ini bukanlah hal yang baru, terlebih lagi bagi umat Islam. Bekam sudah ada sejak zaman Rasul yang digunakan untuk mengeluarkan racun dalam tubuh yang dulu biasanya memakai gading atau langsung disayat menggunakan pisau," tutur Eko Nurarif, seorang praktisi pengobatan Bekam.

Ia bercerita, dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw sendiri pernah disuguhi masakan kambing yang diberi racun oleh seorang Jahiliyah, tapi racun akhirnya bisa dikeluarkan dengan bekam.

Tapi, alangkah baiknya menoleh dulu makna pengobatan dengan bekam ini yang diyakini sebagai pengobatan cara Nabi Muhammad. Istilah bekam atau cupping (bahasa Inggris karena alatnya berbentuk cawan) di zaman Nabi dikenal sebagai al-hijamah.

Sedangkan Puan Siti mengatakan, bekam merupakan istilah dalam bahasa Melayu. "Maknanya meletakkan sesuatu alat pada suatu tempat lalu alat itu menyedot atau suction darah mati atau kotor," kata Puan Siti dengan logat Melayunya yang kental.

Zaman Rasulullah, bekam memakai kaca yang berupa cawan atau mangkuk tinggi untuk menyedot dan mengeluarkan darah kotor. "Pada zaman Cina kuno bekam disebut perawatan tanduk karena tanduk kerbau menggantikan kaca," katanya.

Tokoh yang memopulerkan bekam di Eropa di antaranya Hippocrates dengan menulis, "Pelepasan darah adalah terapi terbaik dari berbagai penyakit mulai epilepsi sampai stroke". "Saat ini di Eropa telah kembali memakai lintah sebagai alat bekam seperti mereka memakainya pada abad ke-18," ujar Puan Siti.

Puan Siti menyebutkan dua jenis bekam yakni bekam basah (wet cupping) yang memakai lancet. Lalu dilakukan penyedotan racun dengan memakai pompa bekam. "Sedangkan bekam kering (dry cupping) biasanya dilakukan pada orang yang takut melihat darah atau terkena tusukan jarum. Tapi, bekam kering memiliki dampak samping, kulit berwarna biru hitam karena lebam," ucap Puan Siti.

Apabila dalam tubuh terdapat banyak racun, menurut Puan Siti Zawiyah, terjadi pengendapan sehingga sistem aliran darah tidak bisa berjalan dengan lancar. "Yang paling jelas ada gangguan pada sistem peredaran darah sehingga tubuh cepat lemah karena kurang oksigen. Orang tersebut cepat ngantuk, murung, malas, dan mudah marah," katanya.

Mengenai waktu bekam, Siti Puan menyitir hadis nabi yang menyatakan waktunya siang hari atau selepas salat zuhur karena saluran darah sedang mengembang. "Kalau pagi hari didahului mandi sauna selama 30 menit dan istirahat 15 menit lalu mulai bekam," katanya.

Dalam hadis lain disebutkan, waktu terbaik untuk berbekam pada anggal 17, 19, dan 21 Hijriah. Tanggal itu dipercaya sebagai "hari penyembuh segala penyakit". "Ada beberapa kondisi yang tidak boleh dibekam yaitu setelah selesai makan, pasien harus nunggu kurang lebih dua jam baru dibekam. Tidak boleh dibekam pada perut wanita hamil, kaki bengkak varicose veins, tubuh terlalu panas atau sejuk (dingin-red.), anemia, tekanan darah rendah, infeksi terbuka, atau kanker," ujar ibu berjilbab ini.

**

DI Indonesia, tren pengobatan islami ini sudah berkembang sejak tahun 1998. Bahkan lebih ke belakang lagi, bekam sudah ada dalam teknik pengobatan tradisional, misalnya pengobatan masuk angin yang menggunakan lilin dan gelas. Untuk mengeluarkan darah kotor, tehnik pengobatan bekam secara tradisional juga bisa dilihat di Sukabumi. Tapi tidak dengan menggunakan peralatan modern seperti cup, melainkan dengan lintah.

"Sekarang sejalan kemajuan teknologi, bekam dikembangkan oleh Cina. Alatnya cup dengan berbagai variasi dan memiliki delapan ukuran. Tapi sebelumnya kami harus melihat dulu kondisi pasien dan jenis penyakit," kata Eko, seraya menambahkan teknik pengobatan yang telah diakui oleh beberapa dokter ahli ini tidak mempunyai efek samping.

Menurutnya, untuk menjaga kesehatan sebaiknya bekam dilakukan sebulan sekali, tapi untuk pengobatan dilakukan 2 kali seminggu. Selain mengangkat sel darah yang sudah mati, bekam juga berguna untuk meningkatkan antibodi. Untuk dibekam, orang tak perlu datang ke klinik. Dengan perangkat seperti cup, jarum, pengukur tekanan darah, stateskop, sarung tangan, dan kaporit, bekam bisa dilakukan sendiri di rumah, dan tentunya juga setelah mengikuti pelatihan.

Setelah pengobatan selesai, biasanya pasien diberi obat-obatan herbal berupa jinten hitam, abatusaudah (sejenis biji-bijian dari Timur Tengah), dan madu. Obat-obat ini berguna untuk seluruh penyakit, mengeluarkan racun tubuh dan memberi kekebalan.

Juniarso Ridwan, Kepala Dinas Tata Kota Bandung yang telah menjadi pelanggan pengobatan bekam mengatakan, sejak dibekam ia merasakan tubuhnya lebih ringan. "Keluhan pegal dan pusing hilang. Tensi darah saya yang sebelumnya kurang stabil, sekarang jadi normal dan saya tidak merasakan adanya efek samping apa pun setelah dibekam," katanya. (Sarnapi/"PR"/Ahda Imran)***

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/


No comments: