Tuesday, February 20, 2007

3 Hari Demam, segera Bawa ke Dokter

Demam Berdarah Kembali Menyerang!


Wabah demam berdarah dengue kembali menyerang. Penyakit ini sebetulnya bisa segera disembuhkan jika tidak terlambat membawa pasien ke dokter.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) kembali menyerang. Di Jakarta saja, sampai Jumat (13/2), tercatat sudah lebih dari 200 penderita dirawat di berbagai rumah sakit. Diperkirakan, korban masih terus meningkat. Menurut dr. AB Wardoyo Sp PD, DBD memang akan terus ada sepanjang tahun. Tak hanya di Jakarta, tetapi juga di wilayah lain di Indonesia, seperti halnya influenza, tifus, dan sebagainya.

"Jumlah penderita DBD biasanya terus meningkat hingga April dan kembali menurun pada bulan Mei. Peningkatan ini mengikuti pola hujan di daerah bersangkutan," kata dokter di RS Internasional Bintaro ini. Wardoyo tak sependapat dengan dugaan bahwa mewabahnya kembali DBD karena makin kebalnya nyamuk Aedes aegypti (penyebar DBD) terhadap ragam upaya pembasmian nyamuk.

"Penyebaran nyamuk ini masih luas, khususnya di pemukiman, di samping masyarakat yang belum semuanya menyadari pentingnya kebersihan lingkungan," ujar Wardoyo yang menduga jumlah penderita DBD tahun ini masih akan bertambah lagi.

BINTIK MERAH SELALU MUNCUL

DBD sebetulnya bisa disembuhkan, jika tidak terlambat ditangani. "Korban biasanya meninggal karena baru dibawa ke rumah sakit setelah mengalami shock," ujar Wardoyo. Idealnya, bila demam tak hilang selama 3 hari berturut-turut, segera bawa ke dokter. "Kalau perlu periksa darah untuk mengetahui persis penyakitnya. Ingat, gejala demam karena DBD awalnya sulit dibedakan dari demam karena infeksi lainnya."

Dengan dirawat, dokter bisa memantau, apakah penderita kekurangan cairan atau tidak, selain memberikan terapi cairan yang lebih tepat sambil menunggu penyakit itu hilang sendirinya. "Di samping menghindari supaya tidak timbul komplikasi penyakit lain yang membahayakan penderita."

Untuk memastikan penderita DBD, dokter juga memeriksa perdarahan di bawah kulit. Caranya dengan mengikat lengan dengan karet. "Biasanya akan muncul bintik-bintik merah pertanda perdarahan. Adanya bintik merah bukan hanya pada DBD. Infeksi virus lain juga bisa menimbulkan bintik merah di bawah kulit."

Benarkah DBD sekarang lebih hebat, karena bintik merah sebagai gejala tak lagi kelihatan? "Bintik merah di bawah kulit memang tidak serta merta muncul di bawah permukaan kulit, tergantung lamanya demam. Hari pertama atau kedua, bintik biasanya tidak kelihatan. Bintik akan timbul pada hari keempat, saat darah merembes ke luar pembuluh darah, mengalami kebocoran," tutur Wardoyo.

BERIKAN BANYAK MINUM

Sebagaimana influenza, virus dengue sebetulnya akan mati sendiri setelah siklus hidup 7 hari terlampaui. Masalahnya, penderita harus ditolong untuk bertahan melewati rentang waktu itu. "Itulah perlunya penderita diopname, agar perjalanan penyakit mudah dimonitor. Dokter hanya bisa memonitor dan mencegah agar gejala tidak menjadi berat," ujar Wardoyo.

Contohnya, kata Wardoyo, "Bila ada gejala darah mau mengental, berarti cairan plasma yang diberikan harus lebih banyak lagi sebagai penyeimbang. Demikian juga monitor trombosit. Jumlah trombosit dalam darah normalnya 150 ­ 500 ribu/ml darah. Itu sebabnya, sering dilakukan pemeriksaan darah untuk memantau kondisi darah."

Saat anak mengalami demam tinggi, tubuh banyak kekurangan cairan. Ini karena penguapan yang lebih banyak dari biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila anak terus-menerus muntah atau tidak minum. "Maka, pertolongan pertama yang terpenting bagi penderita adalah memberi minum sebanyak-banyak," anjur Wardoyo.

Mengingat penderita biasanya sulit minum, sebaiknya minuman diberikan sesuai selera anak. Bisa sirup, air putih, teh manis, sirup, sari buah, susu, oralit, soft drink, dan sebagainya. "Sama-sama cairan, tapi kalori dan gizinya berbeda. Oleh sebab itu, kalau mau susu, lebih baik, sebab selain mendapat cairan, tubuh masih mendapat tambahan mineral, vitamin, protein, lemak, dan sebagainya," tambah Wardoyo.

Dengan banyak minum, diharapkan cairan tubuh kembali stabil. Untuk memastikan cairan tidak kurang, perhatikan saja jumlah kencing anak. Bila anak banyak kencing, minimal 6 kali sehari, berarti jumlah cairan yang diminum anak sudah mencukupi.

TIDAK HARUS JAMBU BIJI

Menyoal jambu biji yang konon dapat menyembuhkan DBD, menurut Wardoyo perlu diluruskan, karena mekanismenya tidak benar. "Vitamin C pada jambu biji tinggi sekali. Vitamin C ini yang kemudian membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu, tidak harus jambu klutuk. Buah apa saja bisa, sebab yang diperlukan adalah vitamin C-nya," terangnya.

Untuk mengatasi demam tinggi, biasanya diberikan obat penurun panas. "Kompres dapat membantu bila demam terlalu tinggi. Sebaiknya kompres dengan air hangat dan bukan air dingin. Kompres dingin malah dapat membuat anak menggigil," lanjut Wardoyo seraya mengingatkan, anak yang punya riwayat kejang saat demam, bisa diberi obat antikejang, di samping obat penurun panas.

Bila pertolongan segera diberikan, penderita pun akan dapat bertahan sampai virus di dalam tubuhnya hilang sendiri. "Yang jelas, segera ke rumah sakit bila demam sampai 3 hari," tegasnya mengingatkan.

http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=3990

Kenali Gejala Klinisnya...!

Panas Tinggi Mendadak, Awas Demam Berdarah

BELUM lagi hilang kekhawatiran masyarakat dengan merebaknya penularan virus flu burung pada manusia, kini demam berdarah mulai merajalela. Penyakit yang sama-sama ditandai dengan demam tinggi itu, kian meningkat seiring tingginya curah hujan.

Demam berdarah dengue (DBD) sudah ada di negeri ini mulai tahun 1968. Sejak saat itu, jumlah kasus dan daerah terjangkit terus meningkat. DBD telah menjadi "tamu langganan" dengan ratusan korban jiwa setiap tahunnya.

"Ada tiga faktor dalam rantai penularan demam dengue yaitu manusia, virus dan nyamuk. Selama interaksi ketiganya masih ada, maka penyakit ini akan sulit untuk dihilangkan," ujar Prof. Dr. H. Azhali, M.S., Sp. A. (K), dari sub bagian infeksi dan penyakit tropis Fakultas Kedokteran Unpad/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Sangat penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala khas demam berdarah. Secara umum, penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam tinggi (39 - 40 derajat celsius) mendadak 2-7 hari.

Hanya, gejala ini sangat umum sehingga sulit dibedakan dengan indikasi awal penyakit lainnya seperti thypus dan campak. Demam yang mendadak tersebut, biasanya tidak berkurang, bahkan sudah diberikan obat penurun panas yang biasa dikonsumsi sekalipun.

"Jika ini terjadi, jangan tunggu sampai berlanjut, segera konsultasi dengan petugas kesehatan," ujar Prof. Azhali.

Petugas kesehatan inilah yang dapat melakukan tes rumpel leede (tes bendungan) dengan mengikat lengan bagian atas selama lima menit. Pada pasien positif terjangkit virus dengue, akan tampak lebih dari 20 bintik merah pada diameter 28 cm.

"Itu adalah manifestasi perdarahan pada awal penyakit. Selanjutnya bisa timbul perdarahan hidung, gusi bahkan muntah dan buang air besar darah," tuturnya.

Diagnosis demam berdarah dengue kian diperkuat jika terjadi penurunan jumlah trombosit menjadi kurang dari 100.000/mikroliter dan kadar kekentalan darah meningkat. Pada kondisi normal, angka trombosit 150.00-450.00.

**

GUNA pertolongan pertama di rumah, berikan asupan cairan sebanyak-banyaknya. Hal itu sangat membantu mengatasi rembesan cairan darah yang menyebabkan kekentalan darah di dalam pembuluh nadi meningkat. Air minum dapat berupa air bening, teh, susu, atau oralit bahkan jus buah-buahan.

Juga dapat diberikan penurun panas dari golongan parasetamol. Selain itu, penderita juga disarankan untuk istirahat cukup demi meningkatkan daya tahan tubuhnya. "Pasien harus segera datang ke rumah sakit jika terjadi tanda-tanda emergency, yaitu gelisah, muntah, kencing mulai berkurang, tangan dan kaki terasa dingin, denyut nadi melemah dan nyeri ulu hati," ujar Azhali.

MESKI nampak sangat sepele, hilangnya tutup pada jeriken ternyata telah menyebabkan penderitaan bagi warga Kp. Cibiuk Desa Langonsari Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung. Nyamuk penyebab DBD ternyata telah berkembang biak di dalam jeriken yang masih terisi air hingga menyebabkan 47 orang positif terjangkit DBD.*DENI YUDIAWAN/"PR"

Manajemen perawatan pasien DBD rumah sakit pada prinsipnya adalah memberikan cairan ke dalam pembuluh darah dan mengobati gejala yang timbul. Bila pasien ditangani sebelum jatuh pada kondisi shock, umumnya perawatan hanya perlu beberapa hari.

Pada kondisi yang sudah berat, demam berdarah bisa menimbulkan komplikasi pada organ tubuh yang lain termasuk jantung. Jika komplikasi terjadi dan sudah disembuhkan, menurut Azhali, pada organ tubuh tersebut tidak akan terjadi penyakit yang berkelanjutan.

Kematian pada DBD umumnya terjadi karena timbulnya shock akibat terlambat dibawa kepada petugas kesehatan dan terjadinya perdarahan hebat. Shock ditandai dengan sakit perut hebat, muntah terus menerus, suhu tubuh turun hingga hipotermia dan perubahan tingkat kesadaran. Shock biasanya terjadi pada hari ketiga sampai keenam setelah timbul gejala demam.

"Dari kondisi umum itu, selalu saja ada temuan penyimpangan gejala. Semua itu harus diwaspadai," tuturnya. (Wilda Nurlianti/"PR")***

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/26/0209.htm

Demam Berdarah



Demam Dengue atau Dengue Fever atau lebih dikenal dikalangan awam sebagai Demam Berdarah (DB) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak,remaja pada orang dewasa dengan tanda yang paling sering berupa demam, nyeri pada otot,dan nyeri sendi, yang disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk yang namanya nyamuk Aedes aegypti.

Gambaran penyakit ini sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat dengan tanda - tanda demam tinggi, perdarahan pada kulit mungkin juga pada gusi dan cenderung terjadinya syok.

Masa inkubasi dengue antara 5 - 8 hari dapat juga sampai 15 hari.

Perdarahan biasanya muncul pada hari ke 3 - 6 sejak panas terjadi berupa bercak -bercak pada kulit lengan dan kaki lalu akan menjalar keseluruh tubuh.


Perdarahan tidak saja terjadi pada kulit tapi dapat juga terjadi pada organ dalam , misalnya usus sehingga feces atau kotoran dapat berwarna hitam karena perdarahan dalam.

Hati atau lever umumnya akan sedikit membengkak, sehingga pada penderita akan terasa tidak enak atau nyeri pada perut kanan atas.

Bila keadaan tidak membaik penyakit dapat menjadi lebih buruk dengan adanya syok yang ditandai dengan keringat dingin, biru pada ujung jari tangan dan kaki dan kesadaran biasanya akan menurun.

Syok biasanya terjadi pada saat demam tinggi atau pada saat turun panas pada hari ke 3 dan hari ke 7 penyakit. Infeksi dengan virus Dengue untuk yang pertama kali biasanya hanya akan menyebabkan demam saja tanpa terjadinya syok.

Bila pada suatu saat orang yang pernah terkena infeksi virus dengue terinfeksi kembali dengan virus dengue dari jenis yang lain maka dapat terjadi reaksi antibody yang dibuat oleh tubuh untuk melawan infeksi virus dengue tsb.

Reaksi anti body ini akan menyebabkan perubahan pada pembuluh darah sehingga darah dapat keluar dari pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan.

Dengan terjadinya perdarahan ini maka tubuh akan bereaksi dengan mengaktifkan proses pembekuan darah sehingga akan terjadi pembekuandarah dalam pembuluh darah secara meluas.


Demam Dengue

Penyebab : Virus Dengue

Pembawa : Nyamuk Aedes Aegypti

Inkubasi : 3 - 8 hari dapat sampai 15 hari

Gejala : Demam tinggi, terjadi perdarahan pada kulit

lengan dan kaki menyebar ke seluruh tubuh

Syok dapat terjadi pada hari ke 3 sapai hari

ke 7 penyakit.


Diagnosa.

Kriteria Klinis Demam Berdarah Dengue :

1. Demam nyata, yang tetap tinggi selama 2 - 7 hari, kemudian turun secara cepat,

Demam disertai tidak nafsu makan, perasaan malas tidakberdaya, nyeri pada

tulang persendian dan kepala.

2. Perdarahan dibuktikan dengan test bebat pada lengan ( test turniket ) yang (+)

positif, perdarahan dapat terjadi pada kulit , gusi, hidung, usus dalam.

3. Pembesaran Lever / hati dan terasa nyeri pada penekanan, tanpa ada gejala -

gejala kuning.

4. Dapat terjadi syok pada hari ke 3 sampa ke 7 penyakit.

yok yang terjadi pada saat demam pertanda penyakit yang memburuk.

5. Kenaikan nilai hemokonsentrasi Ht sedikitnya lebih dari 20 %.


Pengobatan :

1. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit

Diperlukan untuk mencegah terjadi syok yang dapat terjadi secara cepat

dan dapat berakibat fatal terutama pada anak.

2. Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluannya dapat ditembahkan

Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel.

3. Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.


Lebih baik mencegah dari pada mengobati.

basmilah sarang dan tempat nyamuk bertelur

Aedes Aegypti seperti tempat - tempat yang dapat

membuat genangan air.....!!!


http://nusaindah.tripod.com/demamberdarah.htm


Demam Berdarah Dengue

Penanggung Jawab: Titte K. Adimidjaja
Editor: Tri Djoko Wahono
Tim Penulis: Kristina, Isminah, Leny Wulandari

I. PENDAHULUAN

Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.

Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)
.
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

II. EPIDEMIOLOGI

1. Penyebab
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. 3

2. Gejala
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C)
b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
c. Hepatomegali (pembesaran hati).
d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm³.
f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
h. Pendarahan pada hidung dan gusi.
i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.

4. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.

5. Penyebaran
Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai berikut :
- Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.234 orang.
- Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.414 orang (terjadi ledakan)
- Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang.
- Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang.
- Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang
- Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang.
- Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang.
- Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah
mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 389 orang.

III. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
 Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
 Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
 Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
 Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
 Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

IV. PENGOBATAN

Pengobatan penderita Demam Berdarah adalah dengan cara:
• Penggantian cairan tubuh.
• Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter –2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
• Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.

V. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah:
a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD.
b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat . (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004).
c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.
d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik).
e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).
f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah , yang terdiri dari unsur-unsur :
 Ikatan Dokter Anak Indonesia
 Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia
 Asosiasi Rumah Sakit Daerah
g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit.
h. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan bantuan teknis.
i. Menyediakan “call center”.
 DKI Jakarta, Pusadaldukes (021) 34835188 (24 jam)
 DEPKES, Sub Direktorat Surveilans (021) 4265974, (021) 42802669
 DEPKES, Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) (021) 5265043
j. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran virus dengue.

VI. TINDAKAN BADAN LITBANG KESEHATAN

Dalam rangka membantu mengatasi penyakit Demam Berdarah, Badan Litbang Kesehatan telah melakukan beberapa penelitian, di antaranya :
1. Penelitian Seroepidemiologi Infeksi Virus Dengue pada Anak-anak dan Remaja di Mataram, Tahun1998.
2. Penelitian Evaluasi dan Pembinaan Pokja DBD Khususnya Ibu Dasa Wisma dalam Pelaksanaan Penanggulangan Penularan Penyakit DBD, Tahun 1999.
3. Penelitian Peningkatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat dengan Pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Tahun 2000.
4. Penelitian Pengembangan Metode Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Tahun 2001.
5. Penelitian Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue di DKI Jakarta 2003.
6. Penelitian Wabah Demam Berdarah Dengue pada Sepuluh Rumah Sakit di DKI Jakarta Tahun 2004. (Penelitian ini sedang berlangsung).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilen dengan menggunakan teknologi informasi (Computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System ( EWORS ).
EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS (Badan Litbangkes. Depkes RI.) secara cepat.
Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia.

VII. KESIMPULAN

1. Penyebab penyakit DBD di Indonesia adalah Virus Dengue tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4.
2. Sejak Bulan Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% )10. Kasus DHF tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) dan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)
3. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DHF terutama pada musim penghujan.
4. Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan “3M Plus” yang melibatkan seluruh masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi setempat.


VIII. SARAN

1. Perlunya digalakkan “Gerakan 3 M plus” tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harus dijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
2. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna.

http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dr.H.Sudradjat SB.

Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.

Manifestasi penyakit

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini, yaitu :

  • Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
  • Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
  • Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur dsb.
  • Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok pada bentuk ini sering terjadi kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Pengobatan.

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika

Pencegahan.

Pencegahan dilakukan dengan MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK di sepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan menghindari berada di lokasi-lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Bila memang sangat perlu untuk berada di tempat tersebut KENAKAN PAKAIAN YANG LEBIH TERTUTUP, celana panjang dan kemeja lengan panjang misalnya. GUNAKAN CAIRAN/KRIM ANTI NYAMUK (MOSQUITO REPELLANT) yang banyak dijual di toko-toko, pada bagian badan yang tidak tertutup pakaian.

Awasi lingkungan di dalam rumah dan di halaman rumah. Buang atau timbun benda-benda tak berguna yang menampung air, atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air. Taburkan serbuk abate (yang dapat dibeli di apotik) pada bak mandi dan tempat penampung air lainnya, juga pada parit / selokan di dalam dan di sekitar rumah, terutama bila selokan itu airnya tidak / kurang mengalir. Kolam / akuarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah dengan ikan pemakan jentik nyamuk. Semprotlah bagian-bagian rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk (yang banyak dijual di toko-toko) BILA TAMPAK NYAMUK BERKELIARAN DI PAGI / SIANG / SORE HARI.

Bila ada salah seorang penghuni yang positif atau diduga menderita DBD, segera semprotlah seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk di pagi, siang dan sore hari, sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit. Hubungi PUSKESMAS setempat untuk meminta fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat.

Pencegahan secara massal di lingkungan setempat dengan bekerja sama dengan RT/RW/Kelurahan dengan PUSKESMAS setempat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, atau memutuskan mata rantai pembiakan Aedes aegypti dengan Abatisasi.

http://www.geocities.com/mitra_sejati_2000/dbd.html