Saturday, March 31, 2007

Tips Mengolah Telur, Mencegah Salmonela

Cook it or leave it!

Pengolahan atau penyimpanan telur yang salah dapat menyebabkan infeksi salmonella. Anggapan seputar telur, misalnya mengonsumsi telur mentah lebih sehat, adalah salah satu mitos yang keliru. Beberapa tips di bawah ini membantu Anda menghindari bahaya tak terlihat: bakteri salmonella dalam telur!

Informasi seputar telur

Sebenarnya telur ayam mempunyai mekanisme alamiah pencegah bakteri salmonella tidak berkembang biak. Namun enzym pencegah ini hanya bertahan pada 10 hari pertama. Dengan meningkatnya suhu tempat penyimpanan dan rendahnya kelembaban, maka semakin cepat pula enzym pencegah ini kehilangan fungsinya.

Oleh karena itu selalu simpan telur dalam kulkas. Sebab dalam kulkas salmonella akan berkembang lambat (lambat, bukan mati!).

Perhatikan tanggal ayam bertelur (__Legedatum__) yang tertera pada cangkang telur. Sering juga tertera tanggal kadaluarsa telur. Bila tertera tanggal kadaluarsa, hitung mundur 28 hari, nah itulah tanggal ayam bertelur. Menurut peraturan di Eropa (__EU-Gesetz__) usia telur yang dipasarkan tidak boleh lebih dari 21 hari! Bahkan seharusnya telur yang berusia lebih dari 18 hari sudah harus disimpan dalam kulkas!

Bila anda perhatikan, pada setiap telur yang dipasarkan di Eropa tertera kode-kode yang terdiri dari angka dan huruf misalnya: 3-DE-1271059










Apa artinya? angka pertama menunjukan cara peternakan ayam:

  • O = Ökologische Erzeugung (peternakan alamiah dan ramah lingkungan)
    Untuk pe ternakan cara ini dilarang menggunakan teknologi gen. Bagi ayam petelur disediakan lahan untuk berkeliaran bebas selama 6 sampai 8 jam per hari, sebagaimana habitat ayam aslinya.
  • 1 = Freilandhaltung
    Mirip dengan cara pertama, ayam petelur mempuny ai lahan untuk berkeliaran di peternakan. Setiap ayam mempunyai kira-kira jatah 4 m2.
  • 2 = Bodenhaltung
    Beternak dengan cara ini, ayam petelur hanya hidup dalam kandang. Namun demikian, masih tersisa ruang bagi ayam petelur untuk makan pakan ayam, tersedia juga unsur-unsur alami seperti jerami, sebagaimana habitat ayam. Hanya saja sangat terbatas.
  • 3 = Käfighaltung
    Cara yang ketiga seringkali dikritik kelompok pecinta binatang. Sebab sangat tidak sesuai dengan habitat asli ayam, disebut menyiksa binatang. Ayam petelur hanya hidup dalam kandang, ruang geraknya sangat terbatas. Layaknya, hanya cukup tempat berdiri dan makan pakan. Cara ini mulai tahun 2007 nanti akan dihapus. Namun bila dilihat dari segi higienis, sebetulnya cara ini yang paling menguntungkan peternak. Dengan cara ini lebih mudah menjaga kesehatan ayam petelur, tidak perlu biaya pencegahan penyakit yang tinggi. Sebab, kotoran dan ayam petelur tidak menyatu. Ayam petelur hidup dalam kandang yang bawahnya hanya beralaskan jeruji besi, sedangkan kotorannya akan jatuh dalam wadah di bawah kandang.

Kode berikutnya menunjukkan asal negara telur, misalnya DE = Jerman. Sedangkan deretan angka berikutnya mengacu pada nomor peternakan. Dengan begitu 3-DE-1271059 berarti: telur berasal dari ayam petelur yang diternak secara Käfighaltung di Jerman dengan nomor peternakan 1271059.

Jelas ya...kode diatas sama sekali tidak menunjukkan apakah telur segar atau tidak. Hanya menunjukkan darimana telur berasal!

Di Jerman telur yang dipasarkan hanya boleh telur kualitas G�teklasse A artinya telur segar, tapi usianya bisa lebih dari tujuh hari. Sedangkan A-frisch, usia telur tidak lebih dari tujuh hari.

Selain tanggal kadaluarsa yang tertera pada packing, darimana konsumen dapat mengetahui segar tidaknya telur? Ada beberapa cara:

  • Telur segar tidak berbunyi bila dikocok
  • Test dalam air:
    Telur segar akan mengendap di dasar air, sedangkan yang tidak segar akan mengapung
  • Kuning telur segar jelas terlihat terpisah dari putih telur.
    Permukaan kuning telurnya terlihat jelas cembung ke atas dan terpisah jelas dari putihnya. Semakin tua usia telur semakin datar kuning telur dan menyatu dengan putihnya

kuning telur segar



kuning telur yang lebih tua usianya


Bila usia telur lebih dari 10 hari, jangan coba-coba mengonsumsi secara mentah. Misal untuk membuat eis cream, pudding, mayones atau stmj (susu telur madu jahe). Telur yang berusia lebih dari 10 hari hanya boleh dikonsumsi dengan cara memasaknya. Ingat enzym alami pencegah salmonella hanya bertahan selama 10 hari! Dengan kata lain, bila anda ingin membuat makanan dengan telur yang tidak dimasak, atau anda menyukai telur mentah gunakan selalu telur segar yang anda yakini usianya kurang dari 10 hari. Dan ingat, jangan simpan makanan yang mengandung telur mentah terlalu lama.

Telur yang sudah lewat dari masa kadaluarsa (28 hari setelah ayam bertelur) bukan berarti sama sekali harus dibuang. Bila tanggal kadaluarsa belum terlalu lama lewat, anda boleh mengonsumsinya, dengan syarat betul-betul memasaknya hingga matang.

Penulis: Dian Suprapto

http://www.kharisma.de/?q=node/177




4 comments:

Junn said...
This comment has been removed by the author.
Junn said...

Nice topic bro.
Lengkap jelas dan penuh dg ilmu ^^b

Unknown said...

Mohon infonya dong, memberi kode pada kulit telur menggunakan alat apa ya? Thx sbelumnya...

Unknown said...

Mohon infonya dong, memberi kode pada kulit telur menggunakan alat apa ya? Thx sbelumnya...