Puasa dan Kesehatan
Oleh: Zainal Muttaqin
Oleh: Zainal Muttaqin
KITA semua sudah tahu, puasa diperintahkan Allah kepada umat Islam dan umat-umat lain sebelumnya agar kita menjadi takwa (la'allakum tattaquun, Al Baqarah 183), bukan supaya kita sehat. Tak ada satu pun keterangan lain yang secara eksplisit menyebutkan kaitan antara puasa dan sehat, selain hadis Nabi yang artinya kira-kira, "Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat." Lalu kira-kira di manakah letak keterkaitan antara puasa Ramadan yang kita jalani setiap tahun ini dan kesehatan?
Puasa yang diperintahkan oleh syariat Islam, apabila dilakukan menurut aturan- aturan yang diajarkan Nabi saw dengan mengawalkan berbuka, mengakhirkan sahur, berbuka dengan makanan yang manis-manis, tidak akan mengganggu kesehatan kita. Atau dengan kata lain, masih dalam batas-batas toleransi kerja tubuh manusia yang sehat.
Bagaimana dengan tubuh yang sedang sakit? Di dalam Alquran jelas disebutkan bahwa dibolehkan tidak berpuasa dengan menggantinya pada hari lain bagi yang sedang sakit. Pengaruh dari puasa pada tubuh yang sedang sakit akan bergantung pada bagian/organ tubuh yang sakit. Penyakit kulit misalnya, tentu tak akan mengganggu perjalanan puasa kita. Namun ada jenis-jenis penyakit yang akan dipengaruhi atau akan berpengaruh pada pelaksanaan puasa kita, misalnya gangguan pada saluran pencernaan atau penyakit ginjal yang memerlukan pemenuhan cairan tubuh secara terus-menerus. Demikian pula orang-orang yang memiliki kecenderungan atau risiko penggumpalan darah yang meningkat (darahnya terlalu mudah menggumpal). Memelihara kesehatan dan mencari kesembuhan atas penyakit itu hukumnya wajib, sedangkan berbuat sesuatu yang dapat merusak kesehatan itu tidak diperbolehkan alias diharamkan. Jadi apabila dokter sudah menjelaskan bahwa puasa akan mengganggu proses pengobatan/ penyembuhan penyakit yang sedang kita derita, sebaiknya kita ikuti. Akan tetapi, ada orang-orang yang ingin sekali mencari alasan supaya boleh tidak berpuasa, dan sakit sering dijadikan alasan tersebut. Jadi tidak semua penyakit bisa dijadikan alasan untuk boleh tidak berpuasa, sebagaimana tidak semua orang yang sedang bepergian boleh tidak berpuasa (yang perjalanannya sama sekali tidak melelahkan). Tolok ukurnya tentu saja adalah pengetahuan tentang penyakit yang kita sandang dan hati kita.
Pembaca yang budiman, kebiasaan makan yang salah merupakan sebab terjadinya pelbagai macam penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), penyempitan pembuluh darah otak (yang bisa mengakibatkan stroke), penyakit jantung koroner, dan sebagainya. Secara kejiwaan puasa merupakan usaha melatih kita untuk menjadi tenang, sabar, menghindari konflik, hanya memikirkan dan bahkan mengatakan hal-hal yang baik saja. Hasil dari latihan yang terus-menerus selama sebulan setiap tahun tentu akan berujung pada kemampuan kita untuk mengendalikan nafsu atau keinginan kita, termasuk nafsu dan keinginan dalam kebiasaan makan. Apabila kita hanya makan makanan yang halal dan baik bagi kesehatan tentu saja akan menjadikan kita sehat dan terhindar dari banyak macam penyakit seperti tersebut di atas. Bagi mereka yang punya hipertensi atau kadar lemak tubuh yang berlebihan, makanan yang banyak kolesterol dan banyak lemak tentu tidak baik, meskipun halal. Artinya, apabila kita bisa mengendalikan kebiasaan makan kita, sebagaimana yang diajarkan/dilatih selama berpuasa, diharapkan dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit seperti tersebut di atas. Mungkin saja kemampuan mengendalikan nafsu kita dalam memilih jenis makanan dan menentukan jumlah yang dimakan itu merupakan makna luas dari yang dimaksudkan oleh Nabi saw dengan hadis yang berbunyi, "Berpuasalah, maka kamu akan menjadi sehat."
Saat menjalankan puasa, ada perubahan waktu masuknya cairan tubuh dari air yang kita minum. Saat sahur kita minum banyak-banyak sehingga cairan tubuh kita menjadi lebih encer, sedangkan pada sore hari cairan tubuh menjadi lebih pekat karena tidak ada penambahan air.
Dengan demikian, puasa memang bisa menjadi cara untuk melatih ginjal kita agar mampu mengeluarkan banyak air (berupa air kemih) sehabis sahur, dan menghemat pengeluaran air pada saat siang atau sore menjelang berbuka puasa. Namun penjelasan sebagian orang bahwa dengan puasa kita memberi kesempatan kepada organ pencernaan kita untuk sejenak beristirahat rasa-rasanya tidak tepat karena memang tidak perlu diistirahatkan. Lalu bagaimana bila yang kita beri kesempatan beristirahat itu jantung atau paru kita? (14n)
-Penulis adalah dosen Fakultas Kedokteran Undip dan pengurus ICMI Orwil Jawa Tengah. Puasa dan Kesehatan
Thanks to SUARA MERDEKA