Monday, July 31, 2006

Baik Tanpa Rokok


Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok...
(Tuhan 9 Centi, Taufiq Ismail)

Sebatang rokok memuat empat ribu senyawa kimia. Salah satunya amonia, bahan pembersih lantai. Ironisnya, 62 juta jiwa atau 31,4 persen penduduk negeri ini memilih membasahi bibirnya dengan 'cairan kain pel' itu saban harinya, sebab mereka adalah perokok.

Indonesia adalah surga perokok terbesar kelima di dunia setelah Rusia. Seperlima pelajar SD, SMP, dan SMA di Jakarta dan Medan bahkan sudah getol mengisap sang 'paku maut' ini. Delapan dari sepuluh pelajar di Jakarta terpaksa menjadi perokok pasif di tempat-tempat umum. Begitu pula di Medan, dan kemungkinan kota-kota besar lainnya.

''Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok,'' begitu tulis Taufiq Ismail dalam sajak berjudul Tuhan 9 Centi. Taufiq, yang dokter hewan itu, tak keliru. Menurut dr Tjandra Yoga Aditama, spesialis paru-paru RS Persahabatan Jakarta, tanpa disadari, segudang zat kimia berbahaya dialirkan ke mulut, hidung, dan paru-paru ketika sebatang rokok diisap.

Sebut saja aseton (bahan pembuat cat), arsen (racun), butane (bahan bakar mobil), kadmium (aki mobil), karbonmonoksida (asap knalpot), DDT (insektisida), naftalen (kamper), DDT (insektisida), metanol (bensin roket), atau hidrogen sianida (gas beracun). Kandungan zat-zat maut ini lebih menggumpal pada asap rokok yang keluar dari pangkal rokok ( mainstream smoke) ketimbang dari ujung rokok (side stream smoke). Dari mana pun muasal asap, senyawa-senyawa ini tetap tak boleh tersentuh aliran darah. Tapi faktanya, 1,1 miliar manusia justru gemar merokok: 'menenggak' racun.

Tak heran, jumlah orang meninggal akibat sang lintingan tembakau ini segudang. Lima juta nyawa melayang setiap tahunnya terkait kebiasaan merokok. Dengan pola merokok seperti saat ini, kata dia, jumlahnya bakal menjadi 10 juta jiwa (dua kali lipat) pada 2020.
Pantas saja. Ada 25 macam penyakit yang mendekam di balik sebatang rokok, mulai dari jantung hingga kanker. Perokok berisiko tiga kali lipat terkena serangan jantung; sembilan kali lipat didera kanker tenggorokan; lima kali lipat diserang kanker mulut. Bayi dari ibu perokok terancam mengalami gangguan enzim pernapasan saat lahir. Masih banyak penyakit lainnya.

Singkat kata, rokok racun yang bebas diperjualbelikan itu adalah senjata pamungkas guna memangkas populasi umat manusia. ''Separuh dari perokok di dunia saat ini (650 juta orang) berpotensi meninggal akibat kebiasaannya itu,'' terang Yoga, Selasa (30/5), dalam diskusi di RS Persahabatan, menyambut Hari Tanpa Tembakau Dunia hari ini (31/5).

Sialnya, bukan perokok pun ketiban dampaknya. Sebanyak 20-30 persen penderita kanker paru di dunia adalah perokok pasif. Perokok aktif sendiri, menurut dr Cleimens Manyakori, direktur Pelayanan Medis dan Perawatan RS Persahabatan, tak mudah lepas dari kecanduan rokok.

Seperti narkoba, efek nikotin amat kuat pada sistem syaraf. Namun, terangnya, bukannya tak mungkin keluar dari jeratan sang 'paku maut'. Tak sedikit yang sukses. ''Apalagi kalau kita tahu dampak buruknya. Selain itu, kita juga harus tahu dampak baiknya,'' terang Cleimens.

Fakta Angka:

25
Jenis penyakit yang disebabkan asap rokok.
Perubahan Tubuh Setelah Berhenti Merokok

Dalam 20 menit:
Tekanan darah dan denyut nadi kembali ke normal.

Dalam 8 jam:
Kadar oksigen darah kembali normal.

Dalam 24 jam:
Karbonmonoksida dieliminasi dari tubuh. Paru mulai mengeluarkan mukus dan debris.

Dalam 48 jam:
Nikotin tak dapat lagi dideteksi dalam tubuh. Kemampuan mencium dan merasa jadi lebih baik.

Dalam 72 jam:
Bernapas mulai lebih lega sebab bronkus lebih elastis.

Dalam 2-12 minggu:
Sirkulasi di berbagai bagian tubuh membaik.

Dalam 3-9 bulan:
Gangguan pernapasan (batuk, sesak napas) mulai membaik. Fungsi paru meningkat 5-10 persen.

Dalam 5 tahun:
Risiko serangan jantung jadi separuh ketimbang yang terus merokok.

Dalam 10 tahun:
Risiko memperoleh kanker paru menjadi separuh. Risiko serangan jantung sama dengan yang tidak merokok sama sekali.

dr Tjandra Yoga Aditama

Sumber: http://cahaya.blogster.com/baik_tanpa_rokok.html

No comments: